28. Menghentikan Ayunan Bandul

Segala sesuatu didunia ini tak lepas dari aktivitas gerak. Bahkan galaksi dimana tata surya kita ada di dalamnya pun bergerak, mengembang, berkelana di alam semesta yang lebih besar. Demikian pula dalam skala mikrokosmos, atom atom bergerak, bergetar, sesuai vibrasi karakter masing-masing. Dalam kehidupan sehari hari kita-manusia pun bergerak; bangun, makan, mandi, bekerja, tidur, bermimpi.

Dalam gerakan yang terjadi, dapat diamati adanya pola-pola tertentu, yaitu pola naik, turun dan seimbang. Hal ini sesuai dengan prinsip osilasi yang berlaku di alam semesta (baca bab osilasi manusia). Osilasi ini bagaikan bandul yang selalu berayun dalam kehidupan manusia. Berbagai ritme jatuh dan bangun, ritme psikologis manusia, ritme sejarah dan ritme apapun yang ada di dalam segalanya.

Tanpa disadari manusia jatuh dan bangun menjadi korban dari ritme ayunan bandul kehidupan ini. Bahagia berganti susah berganti ketenangan, berganti bahagia lagi dan seterusnya. Semua ini menimbulkan kecanduan akan ritme. Sebagian orang terobsesi pada ritme kenaikan, mereka menjadi pemuja kebahagiaan dan semua hal yang berkaitan dengan kenikmatan. Sebagian lain terobsesi pada kesengsaraan sehingga tanpa sadar sering melakukan berbagai hal yang merugikan orang lain disekitar mereka (seperti halnya tindakan terorisme dan sejenisnya). Diantara kebahagiaan dan kesengsaraan ini ada saat perpindahan, saat dimana manusia berada dalam keseimbangan (namun tak menyadarinya). Saat saat ini adalah seperti halnya senja hari dan pagi hari. Cepat berlalu namun selalu meninggalkan kesan mendalam. Masa peralihan dalam sebuah siklus merupakan saat-saat langka. Saat ayunan bandul berada di tengah.

Sebagai contoh sebuah ayunan bandul adalah bandul Kesetiaan. Disatu sisi bandul kesetiaan apabila terdorong terlalu jauh akan menjadi sebuah fanatisme buta. Sedangkan disisi yang lainnya bandul ini akan menjadi ketidak percayaan dimana ujung terjauhnya adalah pengkhianatan. Sifat kesetiaan/ loyalitas itu adalah hal yang baik, namun saat ia berlebihan atau kurang maka ia menjadi hal yang berbahaya.

Dalam kepribadian kita sebenarnya telah tertanam benih-benih karakter yang nantinya akan menjadi sifat kita sehari hari. Ketika kita salah dalam menumbuhkan benih karakter inilah maka bisa terjadi sebuah pembentukan sifat yang kurang baik.