Berbagai tradisi, agama, dan kepercayaan dari seluruh belahan dunia telah memiliki cara mengingatkan akan kepastian datangnya kematian. Kalimat legendaris Memento mori berarti “ingat bahwa Anda harus mati” adalah pengingat simbolis dari kematian yang tak terhindarkan. Ungkapan \’memento mori” tumbuh berasal dari agama Kristen. Dalam Islam \”Peringatan kematian\” ( تذكرة الموت, Tadhkirat al-Mawt) telah menjadi topik utama spiritualitas Islam (yaitu \”tazkiya\” yang berarti pemurnian diri, atau pemurnian hati) sejak zaman Nabi Muhammad di Madinah. Ini didasarkan pada Al Qur\’an, di mana ada perintah berulang untuk memperhatikan nasib generasi sebelumnya. Beberapa sufi telah disebut \”ahl al-qubur,\” (orang-orang dari kuburan,) karena praktik mereka sering mengunjungi kuburan untuk merenungkan kematian dan kesombongan hidup. Beberapa golongan yang berseberangan mengatakan bahwa mereka “memuja arwah”, atau berdoa pada orang mati, namun pendapat ini kontradiktif dengan pemahaman Sufi bahwa “Cinta pada Tuhan melenyapkan jarak dan perantara antara si pecinta dan Tuhannya”.
Buddhisme Tibet bahkan memiliki ritual mereka yang yang sangat terperinci untuk membimbing seseorang yang sedang mengalami kematian agar tidak mengalami kebingungan dan bisa melalui proses sekarat “dengan benar.” Instruksi manual tentang kematian biasanya tidak menjadi buku terlaris, tetapi sejak diterbitkan hampir 30 tahun lalu, Buku Kehidupan dan Kematian Tibet telah terjual lebih dari tiga juta kopi. Buku tersebut ditulis oleh seorang lama Tibet bernama Sogyal Rinpoche, didasarkan pada sebuah naskah mayat kuno yang disebut Bar do thos grol (sering disebut Bardo Thodol), yang akan dibacakan dengan lantang kepada orang yang sekarat atau mati, dan menggambarkan proses kematian.
Diluar berbagai pengingat kematian tersebut, kita akan memAndang kematian dari sudut yang berbeda. Bila selama ini kematian selalu identik dengan kesedihan, keterpisahan, kedukaan dan kengerian, maka kita akan membahas kematian sebagai proses yang normal. Proses yang alamiah. Dan proses itu akan dirasakan oleh kita semua. Cepat atau lambat Anda akan mati. Mungkin ada ketakutan. Mungkin ada rasa ngeri.
Apakah ada cara untuk menghindari kengerian ini ?
Ada, yaitu dengan menjadi Sadar.
Orang yang Sadar adalah orang yang tak terikat lagi dengan kepemilikan hartanya. Ia tak memiliki ikatan rasa memiliki hartanya. Meskipun kaya-raya namun bila Anda sadar maka “kepemilikan” harta Anda tidaklah ada karena Anda tidak memiliki rasa memiliki harta itu. Bilapun seketika Anda mengalami kebangkrutan dan semua harta hilang kejadian itu tak bisa menyentuh kesadaran Anda. Anda akan bisa memanfaatkan kekayaan untuk kesejahteraan umat manusia.
Energi tidak ditimbun namun mengalir seperti seharusnya. Energi yang ada dalam hidup Anda adalah energi mengalir. Ia menjadi berkat bagi setiap orang yang berada dalam kesusahan yang Anda temui. Anda akan mengalirkan energi kesemua penjuru sebagaimana matahari bersinar menyinari si baik maupun si jahat.
Mengapa orang suka menimbun harta ? Mengapa sebagian orang begitu terobsesi mengumpulkan harta ? bila dipikirkan secara logis, kebutuhan mendasar seseorang untuk hidup dari kecil sampai dia mati nanti tidaklah besar. Namun ironisnya sebagian orang memiliki jumlah kekayaan yang bisa memberi makan separo penduduk dunia. Beberapa orang memiliki karakter penimbun seperti ini karena secara psikologis hal itu merupakan peredam ketakutannya akan kematian. Karena kekhawatiran akan adanya keterpisahan dengan dunia ini maka mereka berusaha mengumpulkan dunia ini sebanyak-banyaknya. Harta dan kekayaan identik dengan penjamin kelangsungan hidup, karena itu orang yang sangat khawatir kehilangan hidupnya akan berusaha sekuat tenaga menimbun harta. Secara psikologis karakter ini dinamakan karakter anal penimbun. Menurut Freud karakter anal ini adalah suka menimbun kemahakuasaan, reputasi, obsesi menang tanpa nurani dan akal sehat. Kita bisa melihat sifat karakter penimbun ini pada kalimat obsesif Harta Tahta dan Wanita.
Harta Tahta Wanita
Salah satu hal yang membedakan hewan dan manusia adalah rasa malu. Rasa malu merupakan emosi bawaan manusia yang terhubung dengan ;
- Rasa bersalah,
- Kesombongan,
- Kesadaran diri.
PenyAndang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain. Dalam kehidupan ini fungsi rasa malu adalah untuk menetapkan batasan-batasan yang tepat guna mencegah invasi atau penyerbuan yang melanggar kehormatan dan integritas orang lain. Rasa malu menjaga batasan-batasan jati diri. Malu membimbing seseorang untuk berlaku mempertahankan integritas.
Seseorang yang mengalami rasa malu berarti ia sedang mengalami konflik dalam dirinya, yaitu konflik karena dirinya melakukan negoisasi nilai antara kenyataan dan naluri, jika naluri dan kenyataan itu tidak selaras, maka terjadi konflik, dan timbul rasa malu.
Karena rasa malu ini sudah merupakan kodrat alami manusia maka ia tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini terutama berkaitan dengan rasa malu yang berhubungan dengan kehinaan seseorang dan rasa malu yang terkait dengan kesopanan. Seseorang mungkin saja bisa melakukan sesuatu yang menurutnya hina dan tak pantas kemudian menyembunyikannya, namun hal ini akan menjadi kekuatan perusak bagi dirinya sendiri. Rasa malu yang tidak dihadapi, dinetralisir atau diselesaikan akan menjadi sumber kerusakan mental.
Sakit Dimulai Dari Stress
Secara psikis rasa malu membawa perilaku manusia kepada depresi dan anti-sosial. Ketika seseorang kehilangan integritasnya mungkin ia akan bisa membuang rasa malunya jauh ke dalam jiwanya, namun karena rasa malu itu sendiri sudah merupakan sebuah konflik maka efek dari sebuah konflik yang dipendam dalam bawah sadar akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan. Gejala-gejala ini bila tidak disembuhkan suatu saat akan muncul seiring dengan melemahnya kesadaran orang tersebut. Beberapa gejala menjadi penyakit jiwa, sedangkan yang lainnya menyerang fisik karena hormon stress yang terus menerus diaktifkan oleh bawah sadarnya.
Kita sering mendengar orang yang tiba-tiba terserang penyakit berat, atau tiba tiba terserang gejala kelainan jiwa. Salah satu penyebab berbagai penyakit itu adalah rasa malu yang disembunyikan dalam bawah sadarnya. Berbagai hormon stress dan sinyal-sinyal fight or flight terus diaktifkan semata-mata karena waspada dan cemas apabila ada orang lain yang mengetahui aib atau perbuatan hina yang dilakukannya.