Pernahkah Anda membayangkan terlahir di tempat yang benar-benar berbeda ? Apabila Anda seorang muslim, pernahkah Anda terpikir bagaimana nasib Anda bila Anda lahir di Israel ? Apabila dari kecil Anda hidup berkecukupan apakah Anda pernah membayangkan terlahir di keluarga miskin yang hanya punya gerobak untuk berteduh ? Renungan yang mendalam akan hal seperti ini seharusnya membuat Anda bersyukur akan kondisi Anda saat ini. Hidup menyatakan bahwa ternyata Anda tidak bisa memilih. Tidak ada orang yang bisa memilih terlahir di keluarga kaya raya, tidak ada orang yang bisa memilih terlahir di medan perang dan seterusnya. Kebiasaan manusia yang kadang suka melecehkan status, ras, agama dan suku bangsa tertentu hanyalah masalah nasib Anda terlahir dimana. Dan dalam masalah nasib ini manusia tidak bisa melakukan apa-apa. Anda hanya bisa menerima.
Lalu dari manakah datangya rasa lebih unggul, lebih baik, lebih segalanya dibandingkan mereka yang terlahir (menurut Anda) kurang beruntung ? Mengapa orang dari suku dan ras tertentu kadang merasa lebih baik dari orang dari suku dan ras lain ? Hal ini sungguh menggelikan. Bagaikan Anda mentertawakan teman yang jarinya cacat atau tidak lengkap. Secara relijius Anda menghina karya ciptaan tuhan. Seperti halnya iblis tidak mau sujud pada adam karena adam terbuat dari bahan yang dia anggap lebih rendah dari dirinya. Kesombongan yang sangat akut hingga menjatuhkan iblis dari sorga inilah yang masih ada pada manusia. Darimanakah datangnya kesombongan ini ? apakah ia telah ada sejak Anda dilahirkan ? apakah ia merupakan kodrat manusia ? Atau apakah kesombongan ini sesuatu yang kita peroleh dari sesuatu ? dari ibliskah ? Tidak. Kesombongan ini merupakan serapan pelajaran di sepanjang hidup Anda. Dan Anda adalah pelajar yang baik karena menyerap pelajaran ini sedemikian rupa dan mempraktekannya begitu mahir tanpa harus berpikir lagi.
Pelajaran Kesombongan
Manusia tidaklah mewarisi sifat kesombongan. Manusia mempelajarinya dari para pendahulu mereka. Manusia mengimitasi watak kesombongan ini dari orang orang terdekat mereka, dari lingkungan, dari komunitas, dari bacaan-bacaan dan dari sumber lain sebagainya. Mengapa pelajaran kesombongan ini mudah sekali diserap ? Karena ia selaras dan sejalan dengan ego yang merupakan sisi kuat bawah sadar manusia. Ego-lah yang mengucapkan dengan lantang; Aku yang benar, kamu semua salah. Mari kita simak beberapa patah kata ini; \”Belajarlah yang rajin supaya pintar dan kelak bisa jadi orang sukses tidak jadi hinaan orang\”, \”Sekolah yang benar supaya jadi anak yang disayang orang tua\”, \”Kamu bodoh sekali, mau jadi apa kamu kelak ? paling jadi tukang piara kambing\”, \”Kamu nakal sekali ya, nggak takut masuk neraka ya ?\”, \”Lihat itu orang primitif kok masih ada ya. Menjijikan sekali.\” Dan seterusnya.
Kalimat- kalimat yang sudah amat terbiasa kita dengar sehari-hari ini merupakan pendidikan Kesombongan yang sulit sekali terlihat. Manusia tanpa sadar mengajarkan pada generasi penerus mereka rasa sombong, diskriminasi, teror, intimidasi dan lainnya. Kata-kata seperti itu lazim didengar oleh anak-anak. Kesadaran yang polos diisi oleh paham bahwa; orang yang tidak sukses akan dihina, bahwa murid yang tidak benar tidak akan disayang, bahwa tukang piara kambing adalah bodoh, bahwa orang tua bisa mewakili tuhan untuk memasukkan anak ke dalam neraka, bahwa ada manusia primitif di belahan dunia ini yang berada di bawah level mereka, bahwa golongan yang tidak memiliki kepercayaan/ agama yang sama adalah bodoh dan goblok.
Kalimat-kalimat tersebut biarpun berbahaya namun tak ada yang sungguh sungguh memperhatikannya. Setiap hari mereka mencekoki anak-anak dengan berbagai nasehat baik yang sesungguhnya pembentukan karakter yang penuh kesombongan.
Kesombongan merupakan energi yang sangat kuat. Dan gabungan antara kesombongan + ego + gengsi akan menciptakan False Personality, kepribadian palsu, yang selama ini dianggap sebagai diri Anda yang sesungguhnya. Selama ini dialah yang selalu memutuskan segala sesuatu untuk Anda, bahkan hingga Anda melamun-pun dialah yang memberi bahan untuk dijadikan lamunan. Singkatnya; dia adalah penguasa diri Anda yang sesungguhnya. Lalu siapakah Anda sebenarnya apabila ternyata dia yang selama ini Anda anggap diri ternyata bukan diri Anda ?