20. Life Review – Tinjauan Amal Perbuatan

Dalam proses kematian seluruh ingatan yang tersimpan dalam sel-sel tubuh Anda akan teraktifkan menjadi holographic life review, bagaikan menonton film kehidupan yang Anda jalani sejak bayi hingga Anda mati. Fenomena ini disebut sebagai “Tinjauan hidup” yang dilaporkan terjadi selama pengalaman kematian, di mana seseorang melihat banyak atau keseluruhan sejarah hidup mereka. Orang-orang yang mengalami fenomena ini (mereka yang mengalami kematian dan hidup kembali) menyebutkan bahwa kehidupan yang selama ini mereka miliki hanya terasa  \”Sekejap mata\” saja.

Jumlah pengalaman seperti ini yang tercatat terhitung hingga delapan juta orang di Amerika Serikat saja. Meskipun jarang, ada juga beberapa ulasan mati-dan-hidup-lagi tanpa pengalaman tersebut. Pelaku kebanyakan menggambarkan pengalaman mereka sebagai panorama, 3 Dimensi atau holografik. Istilah 3 Dimensi digunakan untuk memperkirakan masuknya berbagai perspektif fisik ke dalam sebuah adegan; Intensitas tinjauan hidup digambarkan oleh satu orang sebagai memungkinkannya untuk menghitung setiap nyamuk di sekitarnya; tetapi sama umum adalah deskripsi merasakan pengalaman emosional pihak lain, termasuk dalam satu kasus hampir semua orang di ruangan. (Moody: Life After Life) Sementara beberapa pelaku tampaknya menggambarkan adegan sebagai dipilih, yang lain lebih umum menceritakan pengalaman sebagai termasuk hal-hal yang mereka miliki, dengan catatan \”tidak ada yang tertinggal\”. Para pelaku biasanya menggambarkan kejelasan dan detail intens sebagai membuat mereka merasa lebih hidup daripada ketika biasanya sadar, berikut kutipan pengalaman dari seorang pelaku mati-hidup-lagi (Near Death Experience) ;

Kebanyakan hal menyenangkan untuk dilihat, beberapa hal membuat saya sangat malu. Kenyataannya, rasa jijik dan rasa bersalah menghilangkan semua perasaan baik, membuat saya sangat menyesal atas hal-hal tertentu yang telah saya katakan atau lakukan. Saya tidak hanya melihat apa yang telah saya lakukan, tetapi saya merasakan dan tahu dampak dari tindakan saya. Saya merasakan luka atau sakit dari mereka yang menderita karena perilaku egois atau tidak pantas saya. [ref]https://en.wikipedia.org/wiki/Life_review[/ref]

Saya tidak akan membahas masalah ini dari segi agama maupun moralitas. Semua hal yang saya sebutkan di atas berdasarkan berbagai jurnal psikologi dan penelitian ilmiah. Disaat kematian inilah Anda akan bisa melihat aspek negatif dan positif dari energi yang selama ini Anda kelola. Energi yang positif akan memberikan perasaan positif dalam proses kematian Anda sehingga Anda bisa mati dengan tersenyum. Namun bagaimana halnya bila energi yang Anda dapatkan adalah hasil dari tindak kejahatan ? dan selama hidup digunakan untuk tindakan yang tak terpuji juga ? energi ini akan menjadi sumber dari kedukaan dan derita Anda dalam proses kematian. Semakin banyak aliran energi yang dipertanggungjawabkan maka akan semakin lama proses kematian yang Anda rasakan, walaupun dalam kenyataan hanya berlangsung selama beberapa menit saja. Dan jangan lupakan, energi = kekayaan Anda.

Menolak Kematian

Kita sering mendengar ungkapan seperti “Jangan keterlaluan, ingatlah kematian pasti akan datang”. Ingat mati. Berbagai petuah kebijaksanaan tentang datangnya maut sangat sering kita dengar. Namun mengapa seolah-olah sebagian dari kita menganggapnya ringan, dan sebagian lagi bahkan tak peduli sama sekali ? tidak bisa disalahkan bahwa sikap demikian muncul karena fenomena yang baru-baru ini ditemukan yang mengungkap fakta bahwa otak memiliki mekanisme yang melindungi kita dari gagasan kematian kita sendiri, membuat kita tidak mampu memahami kematian kita sendiri.

Pada satu tingkat, semua orang tahu bahwa mereka akan mati. Dor-Ziderman dari Universitas Bar Ilan dan timnya melakukan penelitian[ref]https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31401240/[/ref] yang menghasilkan kesimpulan bahwa ketika sampai pada kematian kita sendiri, ada sesuatu di otak kita yang tidak bisa memahami \”gagasan untuk mengakhiri, tidak ada apa-apa, penghancuran total.\”

Penelitian yang dilakukan Ziderman merupakan upaya untuk merekonsiliasi cara belajar otak dengan universalitas kematian. Otak adalah semacam \”mesin prediksi,\” Otak menggunakan informasi lama untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi dalam skenario serupa di masa depan, yang merupakan alat penting[ref]https://www.jpost.com/israel-news/bar-ilan-university-study-shows-how-our-brain-handles-our-own-mortality-605623[/ref] untuk bertahan hidup. Setiap orang yang pernah hidup akan mati, jadi masuk akal jika otak Anda harus dapat \”meramalkan\” bahwa Anda juga akan mati suatu hari nanti.

Tapi sepertinya otak tidak berfungsi seperti itu. Untuk melihat mengapa tidak, para peneliti dalam penelitian merekrut 24 orang dan mengamati bagaimana mekanisme prediksi otak mereka beroperasi ketika menghadapi kematian mereka sendiri. Para peneliti secara bersamaan mengukur aktivitas otak pemirsa menggunakan magnetoencephalography yang mengukur medan magnet yang diciptakan oleh aktivitas listrik sel-sel otak. Penelitian ini mencatat bahwa mekanisme prediksi otak rusak ketika datang ke seseorang yang menghubungkan kematian dengan diri mereka sendiri.

Kematian ada di sekitar kita, namun ketika menyangkut kematian kita sendiri, kita tidak memperbarui prediksi kita untuk mengasimilasi kenyataan itu. Menurut para ahli teori, kesadaran akan kematian akan mengurangi kemungkinan berkembang biak, karena manusia akan sangat takut mati sehingga mereka tidak akan mengambil risiko yang diperlukan untuk melakukan survive. Jadi \”agar kita dapat mengembangkan kemampuan unik ini, kita juga harus mengembangkan kemampuan ini untuk menyangkal kenyataan, terutama kematian.\”

Hal ini menjelaskan mengapa banyak sekali diantara kita yang tidak peduli dengan datangnya kematian. Secara psikologis manusia selalu menganggap hidupnya masih akan berlangsung cukup lama. Dari segi positif hal ini bemanfaat untuk memperkuat mentalitas survival, namun dari segi negatif saat kematian datang sebagian manusia tidak akan bisa menghadapinya dengan tenang. Sesuatu yang telah lama ditolak oleh kesadarannya kini datang dan akan “melenyapkan” dirinya. Ia akan menyambut kematian dengan ketakutan yang luar biasa. Kecemasan yang mengerikan.