29. Jenis-jenis Manusia

Semua manusia dilahirkan sama. Ini adalah sebuah kebenaran. Namun dalam kesamaan tersebut ada hal yang sebenarnya sangat membedakan mereka. Hal yang menjadi pembeda ini sangat jarang disadari oleh orang-orang pada umumnya. Biarpun tahu kebanyakan tetap tidak begitu mempedulikannya. Karena pengaruhnya yang besar di pembahasan buku ini maka akan diberikan penjelasan secara sederhana.

Setiap manusia dilahirkan dengan kecenderungan dominan, atau yang disebut otak dominan. Menurut Ouspensky hanya ada tiga kategori manusia di level yang lebih rendah (manusia nomor 1, 2, dan 3) dalam kehidupan biasa; kategori yang lebih tinggi (nomor manusia 4, 5, 6, dan 7) hanya dapat dicapai melalui Latihan.

  1. Manusia nomor 1 = Manusia dengan dominasi pusat gerak instingtif, Manusia fisik.
  2. Manusia nomor 2 = Manusia dengan dominasi pusat emosi, manusia emosional.
  3. Manusia nomor 3 = Manusia dengan dominasi pusat intelektual, manusia intelektual.
  4. Manusia nomor 4 = Manusia yang seimbang (hanya mungkin secara normal sebagai hasil dari latihan), memiliki pusat-pusat yang seimbang dan pusat gravitasi permanen.

Apabila Anda bisa memahaminya dan melatihnya Anda akan melihat semua hal yang tak pernah Anda lihat. Jenis manusia nomer empat dan seterusnya banyak yang hidup bersama-sama dengan kita di kehidupan sehari-hari, namun kita tidak akan bisa mengenalinya. Metode untuk pencapaian pengembangan kesadaran sangat banyak, sebagian bahkan dipraktekan secara alami oleh orang-orang yang tak mengenal teori tentang ini sama sekali. Ada banyak sekali jalan untuk pencapaian kesadaran. Sehingga tidak benar apabila kita menganggap metode yang kita pakai adalah metode terbaik untuk mencapai pengembangan kesadaran.

Latihan dalam bab ini akan membentuk sebuah kesadaran akan tujuan hidup Anda yang sesungguhnya. Kesadaran ini akan menjadi  kekuatan yang membimbing hari-hari Anda dari berbagai godaan yang ada di kehidupan. Anda akan tahu dan fokus pada arah tujuan hidup Anda dan tidak melekat pada berbagai hal yang tidak perlu.

Jiwa manusia erat melekat terikat pada obyek yang menjadi obsesinya dalam hidup atau inti dari tujuan kesadaran hidupnya. Sebagian besar orang mendambakan kekayaan, kemudahan, kesenangan dan kenyamanan. Dalam doa mereka selalu memohon agar diberikan berbagai kenikmatan hidup tersebut. Namun adakah yang sadar bahwa berbagai hal tersebut bisa menjadi keterikatan emosional yang membahayakan dirinya ?

Sebagai contoh adalah kekayaan. Kekayaan memiliki sifat negatif yang sangat berbahaya bagi manusia; kekayaan bisa menciptakan karakter boros, karakter yang seolah-olah tak pernah puas untuk menghabiskan uang membeli hal-hal tak berguna selain untuk kepuasan diri. Sifat boros ini merupakan penghalang bagi seorang pejalan spiritual. Sifat buruk lainnya dari kekayaan yaitu pikiran sempit dan keji. Untuk mendapatkan kekayaan orang rela menjadi berpikiran sempit dan berwatak egois seperti halnya para koruptor. Mereka tak mampu melihat dengan mata hati / nurani bahwa perbuatan mereka adalah hal yang keji, sangat merugikan banyak orang. Mereka rela berpikiran sempit semata-mata karena ilusi kenikmatan dari sebuah kekayaan.  Sifat buruk lainnya yang muncul dari sebuah kekayaan adalah kesombongan dan kekikiran. Satu-satunya sifat baik yang bisa muncul dari kekayaan adalah murah hati. Kemurahan hati inipun masih banyak yang memiliki embel-embel pencitraan, sedekah untuk kekayaan dan sebagainya. Amat sedikit yang murah hati dan tulus tanpa tendensi apapun. Saya memberi karena saya berkelimpahan dan dari memberi ini saya memperoleh kembali keseimbangan jiwa saya yang dicondongkan pada kekayaan.

Kekayaan memiliki banyak sifat negatif yang mengerikan. Harta benda memiliki daya tarik ilusif yang menjerumuskan. Manusia merasa bisa nyaman dan bahagia bila memilikinya. Namun tak pernah mau menyadari efek cengkeraman bahayanya. Perbandingan antara sifat negatif yang muncul dari kekayaan dengan sifat positif yang muncul darinya sangat jelas. Lebih banyak hal negatif dalam kekayaan bagi para pencari kesadaran. Banyak tokoh dalam sejarah umat manusia yang dalam momen-momen dramatis mereka mengabadikan peringatan pada kita akan bahaya keterikatan pada harta benda ini ;

  1. Sebelum dieksekusi mati, Filsuf Socrates sempat berkata kepada sahabatnya yang bernama Crito, “Crito, aku berutang seekor ayam kepada Aesculaap, jangan lupa membayarkannya.” Crito menjawab, “Utang itu akan dibayar”.
  2. Mengomentari kesibukan orang di pasar Socrates berkata “betapa banyak hal-hal yang tidak dibutuhkan dijual disini”.
  3.  Lalu Yesus memAndang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang ber-uang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Markus 10:23).
  4. Tetapi Yesus memAndang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
  5. ”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” [QS. Al-Anfaal : 28].
  6. ”Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” [QS. Al-Fajr : 20].
  7. ”Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya” [QS. Al-Humazah : 1-3].
  8. “Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya” (HR. Muslim, no. 1055).
  9. Orang bijaksana tetap hidup bahkan jika ia harus kehilangan harta bendanya. Tetapi orang yang memiliki harta benda tanpa kebijaksanaan, ia tidak hidup bahkan pada saat ini. (Theragāthā 499).