Manusia dalah makhluk pemimpi, dalam artian yang positif dan negatif. Salah satunya adalah; Kita suka bermimpi dan berkhayal tentang kebahagiaan.
Kita mengira dalam hidup ini harus setengah mati mencari kebahagiaan. Kita mengira kebahagiaan itu ada disana untuk dikejar, kita mengejar kekayaan
karena mengira kekayaan membuahkan kebahagiaan, kita mencari pasangan (yang menurut kita) paling ideal karena memilikinya berarti bahagia. Kita mendambakan memiliki keluarga kecil, rumah bagus, kendaraan bagus, karir bagus dan sebagainya yang serba bagus karena semua itu akan membawa kita pada kebahagiaan. Kita ingin diperhatikan, ingin dianggap, ingin dihormati dan disukai karena itu membuat bahagia.
Tapi maaf…
Semua hal yang dikejar mati-matian tadi bukanlah kebahagiaan, namun hanya ilusi kebahagiaan.
Mengapa ilusi ? Karena ia tidak nyata, hanya bertahan beberapa lama, dan segera menghilang bagai embun pagi menguap terkena cahaya matahari. Kebahagiaan semacam itu serupa dengan khayalan kita tentang kebahagiaan yang dibentuk oleh media, cerita masa kecil, dan sebagainya seperti pangeran dan putri yang diakhir cerita menikah dan hidup bahagia selama-lamanya.
Kita berkhayal tentang kebahagiaan karena kita tidak pernah benar-benar merasakannya. Kita tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sejati. Kita tidak pernah merasakan kebahagiaan tanpa syarat, kebahagiaan yang sesungguhnya sudah diberikan oleh tuhan untuk kita sejak diri kita lahir. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ada dalam diri kita sendiri. namun kita tak mampu untuk melihatnya, merasakannya karena terlampau sibuk mengejar ilusi kebahagiaan di luar sana.
Apakah contoh pengaruh luar yang mengajari kita ilusi kebahagiaan itu ?
– Iklan susu yang menampilkan suasana pagi pada sebuah keluarga kecil yang berkumpul dalam suasana bahagia saat sarapan bersama. Susu = kebahagiaan.
– Iklan shampoo untuk wanita yang setelah memakainya dia bertemu dengan pria tampan (kadang artis) yang kemudian jatuh cinta dengannya dan jadi pasangan yang berbahagia. Shampoo = kebahagiaan. Dan sebagainya. kita telah dirasuki oleh budaya komsumtivisme yang sangat kuat oleh dunia iklan sehingga dikendalikan oleh mereka bagaimana caranya untuk bahagia. Kebahagiaan muncul dari bentuk-bentuk materi.
- bahagia yang sesungguhnya adalah tanpa syarat.
- bahagia yang sesungguhnya tidak mengenal kapan, dimana dan mengapa.
- bahagia yang sesungguhnya telah ada dalam diri kita yang merupakan anugerah tuhan sejak lahir.
- bahagia yang sesungguhnya selalu ada, bahkan saat kita tengah mengalami hal terburuk dalam hidup.
- bahagia yang sesungguhnya adalah kekuatan terbesar kita dalam mengarungi kehidupan ini.
- bahagia yang sesungguhnya akan membuat seseorang memahami kenyataan menyedihkan tentang ilusi kebahagiaan yang dikejar-kejar orang.
lalu bagaimana caranya kita mencapai kebahagiaan seperti itu ?
buang semuanya.
ya. buang semuanya!
kebahagiaan yang sesungguhnya ada dalam diri kita, namun bagaimana cara kita menemukannya ? selama ini ia ada namun telah tertutupi dengan berbagai lapisan dan penutup hasil buatan kita sendiri. karena itu tahap pertama untuk menemukannya adalah dengan membuang semua penutup tersebut. kenalilah bahwa penutup itu terdiri atas berbagai hal negatif yang kita bawa dalam jiwa kita selama ini. bertahun tahun kita membawa hal-hal tersebut dan menggengamnya kuat-kuat seakan itu barang berharga. bahkan sebagian dari kita sudah terlanjur tergantung dan mencandu hal-hal tersebut. apakah yang harus kita buang itu, atau lebih tepatnya kita “korbankan” untuk mencapai kebahagiaan sejati kita ?
yang harus kita korbankan adalah rasa iri hati, rasa dengki, dendam dan kebencian, dan sejenisnya. mampukah anda mengorbankan hal-hal itu ? anggaplah mereka harta milik anda yang harus anda korbankan. meskipun kedengaran sepele namun pada kenyataannya ini akan sangat sulit, karena seprti tadi disebutkan; kita sudah kecanduan pada hal-hal tersebut, pada kenegatifan. padahal inilah sekat penutup antara kebahagiaan sejati dengan kesadaran kita. orang tua sering mengatakan bahwa untuk memperoleh kebahagiaan kita harus berani berkorban. bagaimana bila hal-hal tersebut yang harus kita korbankan ? mampukah kita mengorbankan rasa iri hati kita dan membuangnya jauh-jauh ? mampukah mengorbankan dendam masa lalu ?
kesanggupan anda untuk mengorbankan hal-hal negatif tersebut akan menjadi pintu awal kebahagiaan yang sesungguhnya. saat kita bisa berdiri tegak dan tetap tersenyum bahagia kala cemoohan, celaan dan hujatan datang bagai hujan. itulah momen saat kita mulai bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.