Saat proses kematian, energi dalam diri Anda akan kian melemah. Kesadaran Anda akan memasuki kondisi dimana ruang dan waktu tak relevan lagi dengan kehidupan sehari hari yang Anda jalani. Berdasarkan penelitian ilmiah tentang kondisi sekarat, kesadaran Anda akan memanggil kembali ingatan sejak masa kecil, masa bayi hingga kondisi saat Anda meninggal. Semua ingatan akan diputar lagi. Database kehidupan Anda akan dibuka dihadapan Anda. Mengapa ini bisa terjadi ?
Pada proses kematian, secara medis ditAndai dengan berhentinya denyut jantung, ditemukan fakta bahwa neuron dalam otak manusia tidak langsung berhenti. Sebuah penelitian tentang aktivitas tubuh setelah mati menelaah data elektrokortikal dalam kaitannya dengan fungsi jantung setelah penghentian terapi yang mempertahankan hidup dan pada periode postmortem setelah henti jantung untuk empat pasien di unit perawatan intensif. Subhairline EEG dan pemantauan kardio-sirkulasi termasuk elektrokardiogram, tekanan darah arteri (ABP), dan saturasi oksigen ditangkap.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan ketidakaktifan electrocerebral mendahului penghentian irama jantung dan ABP pada tiga pasien. Pada satu pasien, semburan gelombang delta tunggal bertahan setelah penghentian irama jantung dan ABP. Ada perbedaan yang signifikan dalam amplitudo EEG antara periode 30 menit sebelum dan periode 5 menit setelah penghentian ABP untuk kelompok.
Demikian pula hasil dari penelitian pada hewan (tikus) yang menyimpulkan fakta bahwa kesadaran tetap bertahan dalam sistim tubuh selama beberapa waktu; Setelah kematian, ada kehilangan tajam pada sinyal EEG (kekuatan ke otak) diikuti oleh kehadiran artefak dari gerakan mengunyah beberapa detik pasca kematian. Secara keseluruhan, pola EEG rata pada sekitar 15 detik pasca-kematian menunjukkan tidak adanya kesadaran sensorik, kognisi atau kewaspadaan.
Namun, antara 50-80 detik pasca kematian dan peluruhan sinyal EEG, ada bentuk gelombang yang besar namun lambat pada EEG yang diamati pada semua hewan. Ini adalah saat ketika neuron kehilangan kemampuan listriknya dan gelombang ion yang sangat besar menyebabkan depolarisasi massa di otak secara serempak dalam apa yang mereka sebut “Gelombang Kematian”. Gelombang ini juga terlihat dalam penelitian lain yaitu saat pengamatan terhadap gelombang otak selama kematian pada pasien di mana mereka mengamati Gelombang Kematian lambat besar ini muncul mendekati kematian.
Gelombang Kematian Yang Teramati Dengan EEG
Penelitian ini menunjukkan bahwa semua kesadaran dan kesadaran sensorik hilang segera setelah kematian (dalam 10 detik), namun, neuron tetap aktif hingga satu menit pada hewan penelitian. Sebuah Penelitian lain oleh Norton et al (diterbitkan pada 2017) mencatat aktivitas EEG pada 4 pasien terminal yang dukungan hidupnya dimatikan. Satu dari empat pasien menunjukkan aktivitas otak hingga 10 menit setelah mereka dinyatakan mati secara klinis. Pasien ini mengalami gelombang otak yang serupa dengan apa yang biasanya terlihat pada tidur nyenyak. Ini berbeda dengan gelombang kematian lambat yang terlihat dalam penelitian sebelumnya yang terlihat pada beberapa orang menjelang saat kematian mereka. Pasien ini menampilkan aktivitas otak setelah kematian.
Hal ini memberikan wawasan tentang persepsi dunia bahkan setelah kematian. Keempat pasien mengalami signature EEG yang unik di korteks frontal sebelum dan sesudah kematian yang menunjukkan kematian menjadi pengalaman unik bagi setiap orang. Dengan kalimat lain pengalaman kematian atau sakaratul maut bagi setiap orang berbeda sesuai dengan kualitas kesadarannya saat hidup di dunia.
Hasil pemantauan sinyal listrik di otak sembilan orang ketika mereka meninggal. Grafik ini menunjukkan penyebaran depresi yang menyebar (kiri) versus depresi yang tidak menyebar (kanan).
Perbedaan kesadaran menjalani sakaratul maut, antara mereka yang rela melepaskan semuanya dan mereka yang terikat oleh sesuatu di dunia digambarkan dalam dua proses kematian yang berbeda tersebut. Dalam proses pertama kematian disertai stress yang menyebar, sedangkan yang kedua tidak ada stress yang menyebar. Dalam proses kematian yang mungkin hanya berlangsung beberapa menit, kesadaran akan memberikan persepsi waktu saat Anda menjalaninya seolah-olah kejadian itu berlangsung selama bertahun-tahun, sesuai dengan jumlah energi yang Anda klaim sebagai milik Anda yang mengalir dalam kesadaran momen kematian Anda.
Rasa panjangnya “sakaratul maut” yang mungkin terasa bertentangan dengan hukum waktu normal ini bukan sekedar omong kosong. Fenomena ini berhubungan dengan efek aneh “Oddball Effect,” penelitian menunjukkan bahwa persepsi waktu melambat untuk seseorang ketika mengalami peristiwa berbahaya seperti kecelakaan mobil, perampokan, dan lain-lain di mana mereka mampu berpikir kompleks dalam kilasan waktu yang biasanya hanya sekejap mata. Perlambatan persepsi temporal yang dilaporkan ini menguntungkan karena bisa meningkatkan kemampuan seseorang untuk secara cerdas membuat keputusan cepat pada saat-saat yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya.
Orang-orang yang cemas, atau mereka yang sangat ketakutan, mengalami \”pelambatan waktu\” yang lebih besar sebagai respons terhadap rangsangan ancaman yang sama karena tingkat epinefrin yang lebih tinggi, yang meningkatkan aktivitas otak (adrenalin).
Dalam proses kematian ketika “gelombang maut” datang, proses yang secara kasat mata hanya berlangsung selama 20 detik bagi orang yang mengalami bisa terasa berlangsung 20 tahun, 200 tahun atau hanya 2 detik saja, tergantung pada persepsinya terhadap hidup dan mati. Orang yang menghadapi kematiannya dengan penerimaan total akan mengalami persepsi waktu yang berbeda dengan orang yang menghadapi kematian dengan gelisah.
Pada hakikatnya kita tidak pernah memiliki apapun. Kita lahir tidak membawa apapun, demikian pula ketika matipun kita tak bisa membawa apapun. Namun ketika seseorang sudah punya rasa memiliki dan mengidentifikasikan dirinya dengan kepemilikannya maka hal itu akan menjadi beban baginya saat ia akan mati. Secara psikologis kesadarannya telah terikat dengan simpul simpul kepemilikan yang dia klaim sendiri. Saat menghadapi kematian ia harus memutuskan simpul-simpul tersebut dari kesadarannya atau ia akan menambah lama persepsi waktu sakaratul maut yang dialaminya. Semua yang ada merupakan bentuk dari energi, kesadaran merupakan energi, rasa kepemilikan adalah sebentuk tautan atau ikatan antar energi.