Apakah keputusan berbagai sistim saraf, ingatan, hormon dan sebagainya  tersebut tidak bisa disebut sebagai bentuk dari “kesadaran saya” ? Tidak. Kesadaran Anda yang sejati sesungguhnya sangat berbeda. Kesadaran bisa melihat proses pemilihan minum teh tersebut tanpa ia tenggelam ke dalamnya. Tanpa terpengaruh oleh sentimentalisme iklan teh di media. Kesadaran berdiri diluar sistim kedirian yang saya sebut Diri Palsu tersebut dan menyadari prosesnya. Selama ini diri palsu-lah yang memanipulasi kesadaran sehingga kita merasa dia adalah diri kita. Diri Palsu-lah yang memberi perintah dan komando dalam bawah sadar kita. Suara-suara yang selalu mengalir dan bergaung dalam pikiran kita sepanjang hari adalah suara miliknya. Dan bila berbagai hal yang serupa  yang terjadi sepanjang hari bukankah Anda sama saja dengan tengah tertidur ? Kesadaran Anda tidak ada pada aktivitas hari itu. Yang terjadi adalah Anda menuruti perintah dari bawah sadar untuk melakukan ini dan itu bagaikan robot. Dengan kata lain Anda dikendalikan oleh diri Anda yang bukan Anda yang sesungguhnya alias diri Palsu. Kita sering “menghakimi” berbagai kondisi yang dialami seolah itu adalah sebuah kebenaran. Misalnya kita sering berpikir;

  1. Saya merasa sulit belajar bahasa asing.
  2. Dunia ini tidak ramah.
  3. Saya mengalami masa yang sulit.
  4. Tidak ada satu orang pun yang memahami diri saya.

Dari semua contoh suara pikiran dan perasaan tersebut tidak ada satupun yang merupakan bagian dari diri Anda. Kesadaran yang Anda sebut “Saya” itu hanyalah kilasan-kilasan ide, perasaan dan pemikiran yang muncul karena situasi dan kondisi yang tengah dialami. Anda yang sesungguhnya, atau “Aku” yang sesungguhnya tidak terpengaruh sama sekali oleh hal-hal tersebut. Namun karena mayoritas orang tidak memiliki “Aku” ini maka hidup mereka semata-mata dikendalikan oleh kilasan pikiran yang muncul timbul tenggelam. Mayoritas aku – aku dalam diri Anda yang pada akhirnya mengambil alih kesadaran dan menjadi Diri Palsu.

\"\"

Beberapa gambar sederhana yang saya buat semoga bisa menjelaskan tentang banyaknya “Aku” dalam keseharian kita sehari-hari sebagai manusia biasa.

Gambaran dari Aku-aku yang banyak.

Setiap titik hitam melambangkan satu aku dalam diri Anda. Ia bisa berbentuk sebagai :

  1. Aku yang gila pujian
  2. Aku yang pemarah
  3. Aku yang nyinyir
  4. Aku yang sensitif
  5. Aku yang sedih
  6. Dan seterusnya

Berbagai “aku” inilah yang secara simultan mengisi benak Anda sesuai dengan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi. Karena shifting antara satu aku dan aku yang lain begitu halus maka hal ini menciptakan efek “Aku yang tunggal” atau Diri bagi Anda. Aku-aku tersebut diperkuat oleh berbagai masukan/ input yang cocok dengan sifatnya. “Aku” yang gila pujian semakin menguat saat Anda sering dipuji oleh orang lain. “Aku” yang pemarah akan semakin besar saat mengalami berbagai peristiwa emosional yang membuat Anda marah. Dan seterusnya.

Titik titik hitam “aku” tersebut adalah merupakan hasil dari pembelajaran Anda, pengalaman Anda, pendidikan Anda, interaksi Anda dengan lingkungan dan masyarakat. Saat Anda kecil seseorang mengatakan kepada Anda “Kamu malas!”, “Kamu Cengeng”. Di saat itu usia dan pemikiran Anda belum mencukupi untuk menanggapinya dengan pertimbangan logika, dan Anda menerima begitu saja perkataan negatif tersebut. Maka terbentuklah titik “Aku malas” dan “Aku cengeng” dalam database keakuan Anda. Titik yang berupa potensi ini akan semakin membesar bila semakin banyak mendapatkan input/ masukan serupa. Saat baru hanya ada satu orang yang mengatakannya kekuatan negatifnya masih kecil, namun bila dimana-mana ternyata banyak orang yang mengatakan hal negatif serupa maka titik yang berupa potensi aku negatif tadi akan kian membesar dan menguat. Yang menyedihkan adalah fakta bahwa titik emosi negatif tadi akan Anda bawa sampai dewasa dan mempengaruhi karakter Anda.